INI SOAL MENDIDIK GENERASI MILLENNIAL, TITIK

http://www.persmaneraca.com/2018/05/ini-soal-mendidik-generasi-millennial.html
![]() |
foto: www.google.com Zulfikar Aldy |
Berbicara tentang pendidikan di Indonesia memang tak
pernah ada habisnya. Sebab memang sistem pendidikan di Indonesia saat ini belum
dapat dikatakan baik. Bak pepatah, jauh panggang dari api. Tercatat dalam tinta
tebal perjalanan sejarah manusia di dunia, bahwa pendidikan adalah senjata
perubahan sosial. Sebuah negara dapat dikatakan sebagai negara maju apabila
pendidikan di negara tersebut juga maju. Kenyataan yang tidak bisa kita
pungkiri saat ini adalah pendidikan di negara ini cenderung stagnan.
Dahulu, cara yang dipakai dalam mendidik siswa dapat
dikategorikan cara yang jahat. Jahatnya pendidikan di Indonesia adalah ketika
setiap anak tidak bisa yakin kalau dirinya berbeda dengan orang lain. Hal ini
dapat dilihat dengan standarisasi dalam bidang pendidikan. Ujian Nasional,
misalnya. Atau mungkin dengan sistem belajar dimana siswa dicekoki dengan cara
belajar hapal mati. Padahal tidak semua siswa memiliki kemampuan menghapal yang
baik. Seorang ilmuwan pernah berkata, setiap anak itu terlahir jenius. Tapi
jika kita menilai seekor ikan dari bagaimana cara ia memanjat pohon, maka ikan
tersebut akan merasa bodoh seumur hidupnya.
Di era digital yang saat ini sedang kita jalani
tentu tantangan dalam memajukan pendidikan di negeri ini semakin tidak mudah. Tentunya
cara-cara yang sudah tergolong usang tersebut harus kita ubah. Tantangan
terberat ada pada para pendidik bagaimana ia dapat membuat muridnya menjadi
minat dalam belajar bukan malah memaksanya untuk belajar dengan cara menghapal.
Pun begitu, semua elemen sudah seharusnya bahu-membahu untuk memajukan
pendidikan ke arah yang lebih baik lagi. Termasuk peran orang tua yang sangat
vital dalam menentukan berhasil tidaknya mendidik siswa-siswa yang saat ini di
dominasi oleh generasi millenial.
Secara sederhana karakter generasi millennial dapat digambarkan sebagai generasi yang ditandai
dengan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital.
Jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, generasi ini terkesan lebih
individual, cukup mengabaikan masalah politik, fokus pada nilai nilai
materialistis dan kurang peduli untuk membantu sesama. Pribadi yang individualis
tidaklah selamanya bermakna buruk. Acap kali dari pribadi individualis lahir
gagasan-gagasan besar. Tokoh pendidikan Nasional KI Hajar Dewantara mengajarkan
tiga prinsip dalam pendidikan, yakni, Ing Ngarsa Sung Tulodo, didepan memberi
keteladanan. Ing Madyo Mangun Karso, ditengah memberi inspirasi. Tut Wuri
Handayani, di belakang memberi tuntunan. Jika dahulu guru atau para pendidik
merupakan salah satu elemen yang dominan dalam memperoleh pengetahuan, kini
hendaknya guru atau para pendidik memposisikan diri pada posisi di belakang
memberi tuntunan. Semoga pendidikan di negeri ini semakin lebih baik lagi.
Selamat Hari Pendidikan, sobat!
Karena setiap individu memiliki konfigurasi gangguan pendengaran yang sedikit berbeda, audiolog dapat melakukan serangkaian tes pendengaran yang aman dan tidak menyakitkan untuk menentukan rencana tindakan terbaik.
ReplyDelete